Otentik ala Jokowi

Salah satu kata kunci kemenangan Jokowi di pilpres tahun 2014 adalah otentik! Rakyat menginginkan pemimpin yang otentik. Pemimpin yang apa adanya, asli, tidak banyak dipoles dan konsisten. Otentik yang dimunculkan Jokowi ini benar-benar ampuh. Maklum, di era dimana pemimpin dan pejabat di negeri ini yang tidak otentik, maka Jokowi menjadi jawaban. Didukung dengan kepribadian yang simpel dan latar belakang kehidupannya yang sederhana, maka otentisitas Jokowi ini menjadi fenomenal. Otentik ini menjadi magnet sehingga menciptakan ratusan ribu relawan yang mau aktif mengorbankan waktu dan pikirannya untuk menyebarkan berita dari pribadi yang otentik kepada komunitasnya.

Apakah memang dalam dunia marketing, otentik ini sudah dikenal sebagai konsep strategi untuk memenangkan pasar? Rasanya sudah banyak! Apalagi, strategi otentik ini memang sangat bersahabat dengan dunia media sosial. Hanya konten dan cerita yang otentik sajalah yang mempunyai kekuatan viral dan menyebar secara cepat.

Kekuatan Otentik

Apapun yang berhubungan dengan organik, harganya menjadi mahal. Sayur organik, telur organik, daging organik, hingga beras organik, harganya pasti lebih mahal. Tidak jarang, harganya bisa lebih dari duka kali lipat. Padahal, kalau kita pikir kembali, yang namanya organik adalah justru hal-hal yang alami, karena tidak menggunakan pupuk kimia. Disebut organik karena tidak mengalami rekayasa teknologi pada saat melakukan pembibitan.

Demikian pula dengan fenomena hijau. Sebagian banyak pelanggan yang menginginkan untuk kembali yang bersifat hijau untuk memelihara lingkungan yang baik. Banyak produk hari ini, ingin agar memiliki rumah yang lingkungannya hijau. Banyak gedung maupun tempat perkantoran meng-klaim bahwa lingkungan mereka ramah lingkungan dan hijau alami. Mobil-mobil masa depan adalah mobil yang bersahabat dengan lingkungan.

Acara televisi yang menarik hari ini adalah reality show. Pemirsa menyukainya. Ini karena pemirsa melihat bahwa acara seperti ini memang terjadi di sekitar kehidupan mereka. Mereka yang ada di televisi melakukan acting yang otentik. Tidak ada sutradara canggih dan cerita tertulis yang mengatur alur cerita. Ini adalah tontonan yang otentik!

Fenomena apakah seperti ini? Otentisitas menjadi berharga. Pelanggan menginginkan yang bersifat otentik. Apa alasan dari tren seperti ini? Pelanggan sudah mulai semakin mudah mengakses informasi. Pelanggan semakin cerdas dan realistis. Pelanggan lebih menginginkan yang tidak kompleks dan sebaliknya, mengejar yang simpel. Pelanggan tidak ingin semua serba otomatis karena besutan teknologi tetapi ingin lebih humanis. Pelanggan ingin lebih memiliki hubungan sosial yang lebih banyak. Pelanggan ingin mendapatkan pengalaman yang otentik.

Fundamental yang mendorong semua ini adalah terlalu banyak yang tidak otentik. Di mana-mana, banyak hal yang tidak otentik yang ditawarkan oleh perusahaan. Kita ke restoran dan disediakan minuman jeruk yang dari sirup. Ini minuman terbuat dari gula, perasa jeruk dan aroma jeruk. Ini tidak otentik! Kopi yang kita minum dan banyak yang beredar di pasaran, ternyata terbuat dari jagung dengan flavor. Ini tidak otentik!

Kita membeli sabun dan shampoo untuk keperluan mandi. Bahan-bahan dari merek yang kita beli, adalah deretan produk-produk kimia. Ini adalah produk yang tidak otentik! Kita menonton televisi dan banyak acara yang menarik. Sayang, pertunjukan adalah tidak otentik! Terlalu banyak yang palsu di sekitar kita.

Setiap minggu, kita sering mendapatkan sms yang penuh kebohongan, seperti sms dimana mama minta pulsa. Demikian juga, kita sering mendapatkan telepon palsu. Kita juga disuguhi dengan banyak iklan-iklan yang palsu. Banyak barang-barang palsu di sekitar kita, apalagi di pasar Indonesia.

Menciptakan Yang Otentik

Maka, munculah banyak produk dan pelayanan yang otentik. Gilmore dan Pine, pakar dalam bidang experience economy dan authenticity, memberikan penjelasan panjang lebar soal otentik. Ulasannya sungguh menarik dan layak menjadi bacaan dari para marketer.

Untuk semua tahapan ekonomi, otentik bisa muncul dan menjadi point of difference yang demikian efektif. Untuk produk-produk komoditi, maka pelanggan senang dengan hal yang otentik. Perusahaan sangat memperhatikan bahan bakunya harus asli dan alami. Mereka meng-klaim, misalnya, hanya menggunakan buah asli dalam campuran produk mereka. Buah yang mereka tanam, tidak mengandung pestisida.

Untuk industri consumer goods, banyak hal otentik yang dapat ditawarkan. Mereka bisa mengatakan bahwa inilah formula otentik mereka. Sebagian dari produk-produk makanan yang telah diproses, berusaha untuk mengkomunikasikan bahwa mereka masih mempertahankan resep para pendirinya yang otentik. Untuk industri jasa seperti restoran misalnya, banyak pemilik yang mempertahankan dekor, tema dan konsep bangunan yang otentik. Restoran Bebek Tepi Sawah di Ubud misalnya, memiliki dekor yang sesuai dengan nama restorannya. Sari Ayu, Mustika Ratu dan Wardah adalah contoh-contoh merek kosmetik yang bertahan di Indonesia. Mereka adalah pelopor untuk mempertahankan apa yang otentik bagi Indonesia.

Banyak sumber atau elemen untuk menciptakan otentisitas bagi perusahaan atau sebuah merek. Ini bisa bersumber dari apa yang menjadi budaya dan etika dari perusahaan. Mereka membiarkan agar pelanggan mengetahui persis budaya dan etika perusahaan apa adanya. Elemen untuk menjual otentisitas bisa berasal dari sejarah perusahaan atau dimana dia berasal. Di Amerika, maka Starbuck banyak menceritakan mengenai bagusnya kopi yang berasal dari Sumatera. Di Indonesia, mereka menceritakan kopi yang berasal dari Amerika Latin.

Bagaimana kalau perusahaan tidak memiliki sejarah dan asal usul yang menjadi elemen dari otentisitas? Masih banyak yang bisa dipertimbangkan. Menjadi otentik bisa dilakukan dengan mengatakan intensitas dan tujuan perusahaan membuat produk tersebut.

Salah satu kesuksesan dari UNIQLO di Jepang adalah karena ingin menjadikan pelanggannya otentik. Mereka mengatakan bahwa produk yang mereka jual, bukanlah fashion yang membuat orang terlihat baik, cantik dan ganteng karena produk mereka. Justru mereka ingin mengedukasi bahwa setiap orang haruslah menjadi jati dirinya sendiri. Kecantikan dan kebaikan adalah karena dari diri mereka dan UNIQLO hanyalah alat yang membantu untuk setiap orang mengeluarkan karakter mereka sendiri. Itulah sebabnya, UNIQLO menawarkan produk-produk yang basic dan bukan model-model yang kompleks dan berganti cepat. Mereka tidak menjual fashion tetapi menciptakan agar pemakai produk mereka menjadi otentik!

Otentik ala Jokowi

Maka semua teori dari otentik ini sungguh teraplikasikan dengan diri Jokowi. Dia tidak pandai bicara seperti politikus pada umumnya. Tetapi, yang otentik ini, jadi kekuatannya. Mereka bisa kagum dengan gaya bicara Jokowi yang apa adanya. Walau di layar televisi, tetap saja menggunakan gaya bicara yang otentik dan seperti berbicara dengan rakyat biasa dan tidak peduli dengan sorotan kamera. Tiba-tiba, jutaan orang Indonesia dari berbagai golongan, mulai tambah percaya diri setelah melihat sosok yang sederhana ini menjadi pejabat penting di negeri ini. Setiap orang boleh punya cita-cita. Jokowi menjadi motivator ulung tanpa harus berteriak.

Jokowi adalah sosok yang otentik karena sejarah kehidupannya yang mulai dari keluarga sederhana dan berjuang menjadi pengusaha. Kalau hal ini, sudah pasti mudah menjadi otentik. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, maka elemen otentik lainnya yang kuat adalah berasal dari interest, perilaku dan tujuan yang akan dicapai.

Jokowi menjadi otentik karena sangat terlihat tidak ingin menjadi penguasa. Orang lain dan partai politik yang ingin menjadikan dia sebagai penguasa. Jokowi tidak terlihat ambisius dan semuanya dianggap biasa-biasa saja. Inilah sumber yang menjadikan Jokowi sebagai pemimpin yang dapat dipercaya. Orang percaya, bahwa Jokowi yang naik sepeda atau becak ke KPU, adalah bagian dari kehidupannya yang otentik. Kalau pejabat lain yang melakukan, sudah pasti menjadi bahan lelucon semata.

Jokowi selayaknya mengucapkan terima kasih, di urutan pertama adalah kepada pejabat dan politikus yang tidak otentik. Mereka berjanji mendengarkan rakyat, tapi perilakunya tidak. Mereka ingin membela rakyat, tapi tujuan dan perilakunya tidak mencerminkan demikian. Jokowi menjadi otentik di tengah-tengah banyak yang tidak otentik dan akhirnya menuju ke kursi Presiden.

Saat saya menulis artikel ini, di layar televisi terlihat Jokowi yang mengatakan…” sekarang baru adaptasi dengan paspanpres…bagaimana cara pengawalannya kalau ingin makan bakso dan sate yang menjadi langganannya..”. Hanya Jokowi yang otentik yang bisa mengucapkannya karena kekuasaan adalah hal yang biasa saja dalam hidupnya. Tetapi otentisitas ini, kelak juga bisa menjadi tantangan terbesar Jokowi saat kelak sudah menjadi presiden. Rakyat ingin konsistensi.

Leave a Comment